Posts

Anjing dalam Fiqih Islam

Jika ingin mengetahui pengantar yang mendalam dan utuh tentang seluk beluk peranan anjing dalam sejarah dan fiqih Islam, anda bisa dengan mudah merujuk pada sebuah tulisan di sebuh blog yang berjudul anjing dalam Islam . Tulisan ini sangat menarik karena merujuk pada sumber yang otoritatif dari beragam madzhab.  Jika anda membaca tulisan ini dengan hati-hati dan seluruhnya, anda akan terkejut dengan beberapa pandangan ulama klasik yang sebenarnya bukan pendapat baru sama sekali. Madzhab maliki memiliki cara pandang yang berbeda dengan umumnya pendapat Imam Syafi'i, madzhab mayoritas di Indonesia. Maliki mengatakan bahwa jika anjing bisa dipastikan mengkonsumsi makanan yang baik, terkontrol dan dipastikan tidak akan menyebarkan penyakit pada manusia, maka air liurnya bukan najis. Maliki membedakan antara anjing 'kampung/liar' dengan anjing 'peliharaan'. Perihal mencuci bejana sebanyak 7 kali juga didiskusikan dengan menarik.  Jika penasaran, silahkan baca saj

Membuat WiFi pakai laptop

Setelah modem router tidak berfungsi entah kenapa, beberapa gadet tidak bisa koneksi ke Internet. Mengandalkan koneksi 3G kurang OK. Akhirnya dimulailah pencarian lewat Google untuk cari akal bagaimana caranya koneksi Internet di laptop bisa di share. Bisa tethering via laptop langsung, namun Apple dan windows banyak tidak kompatible. Iphone dan iPad saya tidak mau koneksi ke windows di laptop saya Setelah riset akhirnya saya menemukan sebuah aplikasi keren. Namanya CONNECTIFY. Bisa diunduh gratis dari www.connectify.me versi litenya. Namun software ini hanya berfungsi bagus dalam window 7. Saya coba di Vista tidak berfungsi. Jadi buat Anda yang punya koneksi Internet melalui kabel ke laptop dan tidak punya modem router atau midemnya rusak, tidak perlu beli yang baru. Cukup pakai laptop Anda sebagai router WiFi untuk berbagi jaringan Internet dengan cara menginstall CONNECTIFY. Hemat biaya dan tentu saja mudah. Tidak perlu setting macam2. Selamat mencoba

KLINIK HMI

Image
Saya bertugas 4 hari di Nakassar untuk urusan supervisi survei LSI. Ketika saya memasuki jalan kecil nan kumuh di jalan bayam dekat pasar tradisional saya sedikit terkejut. Awalnya saya kira kantor sekretariat HMI. Ternyata bukan. Itu klinik HMI. Saya menengok ke dalam bangunan yang dipagar tralis besi. Tak ada orang. Ternyata kata tetangga baru buka jam 5 sore. Tadinya ingin sedikit ngobrol. Klinik itu dikelola oleh kawan HMI di Makassar. Terlihat ruang tunggunya lumayan besar. Sepertinya lumayan rame. Keberadaannya di konplek kumuh mungkin sengaja agar klinik itu bermanfaat untuk yang bebar2 membutuhkan. Seandainya setiap cabang punya klinik sederhana seperti ini. Luar biasa. Ini jelas pengabdian untuk umat

Rimba Jalanan Jakarta

Image
Hujan. Tiap hari. Bisa berjam-jam tanpa henti. Jalanan becek. Genangan air di mana-mana. Aku tahu, jika seperti ini jakarta akan berubah jadi neraka dalam seketika. Mobil bisa menyelamatkan kita dari basah kuyup, tapi tidak bisa menyelamatkan dari antrian panjang, macet berjam-jam. Motor bisa menyelamatkan kita dari antrian panjang, tapi dengan resiko basah kuyup. Serba salah. Jangankan hujan, tak ada hujan tak ada anginpun jalanan Jakarta sudah gila. Macet luar biasa. Sepuluh tahun lalu ketika aku baru tiba di kota ini, hanya pada jam-jam sibuk saja jalanan mampat. Lewat jam itu jalanan masih bisa sedikit nyaman di lalui. Sekarang tidak. Sama saja. Setiap detik adalah kemacetan yang menyesakan. Kemacetan sebenarnya sesuatu hal yang biasa ditemui di semua kota di seluruh dunia. Paris macet. New York macet.Mumbai macet. Bangkok macet. Bogota macet. Tapi kota-kota itu memiliki alternatif buat orang agar keluar dari kegilaan kota. Ada jalan agar orang-orang tak menghabiskan seperempat um

Al-Andalus: a Short Personal Reflection

Image
December 1491.  The last days was approaching. The siege had caused famine and misery. Abu Abdullah or Boabdil had to decide an unthinkable decision that will change the stream of history. He felt every breath he took and every move he made. [1] At the Hill of Martyr, accompanied by small numbers of his knights, he came to see Ferdinand and Isabella for the royal procession. He gave Ferdinand the last key of the Muslim palace on Iberian Peninsula. By that moment, the Muslim defeat was completed; the reconquesta was accomplished; the Moors was expelled. Before the last Sultan left the city, he turned his back and saw his lost kingdom for the last time before he crossed over to Africa and live as ordinary people. His mother said a memorial famous sentence for the coward Caliph: “You may well weep like a woman, for what you could not defend like a man” [2] Tariq Ali, a British-Pakistani historian and novelist, eloquently describes the tragic moment of the last days of Muslim Spain (An

Bertapa di Kampus Leiden

Image
Sekali bermimpi, bersiap-siaplah untuk hal-hal mengejutkan. Kadang mimpi itu menjelma lebih cepat dari dugaan kita. Leiden adalah kampus impianku. Namanya pertama kali aku dengar dari Hafid, sang alumni yang dahulu ketika aku tsanawiyah datang ke sekolah dan bercerita tentang mimpi dan pengalamnnya. Alhamdulillah kini aku bisa hadir di sini, di kampus bersejarah sekaligus kampus tertua di Belanda. Kampus ini berdiri tahun 1575. Didirikan oleh Pangeran Willian van Orange, keluarga kerajaan pendiri Belanda, Raja Orange-Nassau. Masa perkuliahanku di kampus Universitas Utrecht sudah selesai. Sudah beberapa hari ini aku pindah ke kota Leiden. Kota ini tidak seramai Utrecht. Kota kecil yang asri namun sangat bersejarah. Seperti kota lain di Belanda, kanal-kanal dan pusat perbelanjaan dengan kios-kios tua dan jalanan ditegel bata merah mendominasi pemandangan kota. Bedanya, di sini kincir angin besar yang terlihat menyembul dari balik pepohononan membat suasana serasa benar-benar di Belanda.

“Tawaf” di “Lampu Merah” Amsterdam

K etika kejadian mengerikan itu sedang hangat-hangatnya diberitakan oleh hampir semua media di Eropa, aku sedang dalam perjalanan dari Leiden ke Amsterdam. Mendung menggelayut di langit Belanda sejak 3 hari lalu. Sesekali hujan dan angin kencang menerpa.  Aku duduk di lantai dua kereta cepat antar kota. Hujan yang mengguyur membuat kaca jendelanya dihiasi butiran air yang seperti bergelantungan dikaca sekuat tenaga melawan hembusan angin. Sepanjang jalan peternakan dan pertanian yang rapi terlihat tidak terlalu bahagia. Biasanya hijau ceria, kini mendung dan muram.  Padang gandum dan perahu-perahu kecil di kanal yang terlewati juga menandakan kesedihan. Lebih 80 orang meninggal dunia. Aku tidak sabar ingin segera sampai Amsterdam untuk melihat informasi di stasiun. Aku punya janji dengan Lisa di Amsterdam. Dia akan mengajaku jalan-jalan keliling kota dan singgah di apartemennya. Dalam kondisi seperti itu jaringan internet di HP sangat dibutuhkan. Selama di Eropa ini telepon selulerku